Glaukoma adalah penyakit pada mata yang menyebabkan kebutaan dan juga merusak saraf pada mata. Kebutaan akibat glaukoma bersifat permanen. Faktor risiko glaukoma dapat meningkat pada penderita diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, riwayat operasi mata, dan riwayat keluarga glaukoma.
Sebanyak 36 juta orang di dunia menderita kebutaan. Bahkan konon setiap satu menit akan ada satu orang Indonesia yang buta.
Penyebab kebutaan di Indonesia bermacam-macam. Glaukoma menempati urutan kedua di bawah katarak.
Penyebab Glaukoma Pada Lansia
Glaukoma adalah kelainan yang merusak saraf mata. Kerusakan pada bagian ini menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan permanen. Biasanya glaukoma terjadi pada kelompok usia lanjut.
Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma sudut terbuka yang terjadi bila ada halangan pada peredaran keluar cairan mata untuk diserap kembali. Penghambatan ini memperlambat peredaran cairan yang keluar, sehingga terjadi penumpukan cairan di bola mata.
Lama-kelamaan penumpukan ini membuat tekanan pada bola mata semakin meningkat dan pada akhirnya menekan saraf mata hingga perlahan rusak. Biasanya ditandai dengan hilangnya lapang pandang pasien yang lambat. Jenis ini lebih sering terjadi di wilayah Afrika.
Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma tipe angle closure ini biasanya terjadi karena adanya gangguan pada lensa mata yang terdorong ke depan sehingga mempersempit celah sirkulasi bola mata. Keadaan ini membuat peredaran cairan tiba-tiba terhambat dan meningkatkan tekanan pada bola mata sehingga merusak saraf mata.
Glaukoma jenis ini biasanya disertai dengan penglihatan kabur yang tiba-tiba, nyeri, mual, dan muntah. Jenis ini lebih umum di Asia.
Glaukoma Tekanan Normal
Glaukoma dengan tekanan mata normal masih belum diketahui secara jelas mekanisme pastinya. Kerusakan saraf mata dapat terjadi akibat aliran pembuluh darah yang kurang optimal atau hipersensitivitas terhadap saraf mata.
Faktor Risiko Glaukoma
Meski penyebab glaukoma belum diketahui pasti, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko glaukoma, yaitu:
- Lansia (60 tahun ke atas)
- Ras Afrika atau Asia
- Riwayat keluarga glaukoma
- Menderita beberapa penyakit seperti diabetes, jantung, dan tekanan darah tinggi
- Trauma atau cedera pada bola mata
- Riwayat operasi mata
- Menggunakan tetes kortikosteroid untuk waktu yang lama
Usia tua tentunya berdampak pada penurunan fungsi organ dibandingkan sebelumnya. Pembuluh darah dan saraf di mata pun tak luput dari proses penuaan.
Belum lagi jika Anda menderita beberapa penyakit seperti diabetes, jantung, atau yang paling umum adalah tekanan darah tinggi. Penyakit ini berdampak negatif pada pembuluh darah di sekitar mata, yang bisa mengiritasi saraf mata.
Secara medis, penyebab glaukoma tidak bisa dicegah. Yang bisa dilakukan adalah mendeteksi gejala awal agar bisa segera ditangani untuk memperlambat kerusakan dan mencegah kebutaan.
Oleh karena itu, ada baiknya periksakan mata ke dokter secara rutin untuk mengetahui kondisi kesehatan mata. Jika Anda berusia di bawah 40 tahun, periksa setiap 5-10 tahun, jika berusia antara 40-54 tahun, setiap 2-4 tahun, jika berusia antara 55-64 tahun setiap 1-3 tahun, dan jika di atas 65 setiap 1 tahun -2 tahun. Penyakit penyerta lainnya harus ditangani dengan baik. Bersyukur dan cintai matamu karena itu adalah jendela dunia.
Penyebab Tekanan Bola Mata Tinggi
Tekanan mata tinggi atau glaukoma adalah gangguan penglihatan yang ditandai dengan kerusakan saraf pada mata. Biasanya disebabkan oleh peningkatan tekanan pada bola mata. Glaukoma dapat juga terjadi pada semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang tua.
Ada dua jenis glaukoma, yaitu glaukoma akut dan glaukoma kronis. Glaukoma akut adalah glaukoma yang terjadi secara tiba-tiba. Sedangkan glaukoma kronis adalah glaukoma yang terjadi secara perlahan.
Komplikasi Glaukoma yang tidak ditangani dengan baik, atau bahkan tidak mendapat pengobatan, dapat menyebabkan kebutaan.
Kebutaan ini disebabkan oleh kompresi saraf penglihatan akibat tekanan mata yang terlalu tinggi. Kebutaan yang disebabkan oleh kerusakan saraf penglihatan tidak dapat diperbaiki, bahkan dengan pembedahan.
Diagnosis Glaukoma
Pemeriksaan tekanan mata tinggi atau glaukoma bisa dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut slit lamp.
Untuk mengukur tekanan bola mata, dokter akan menggunakan alat yang disebut tonometri. Sebelumnya pasien akan diberikan obat tetes mata yang akan berfungsi untuk membuat kornea mata kebal.
Untuk memeriksa sudut antara iris dan kornea, dokter mungkin melakukan gonioskopi. Dokter perlu mengetahui apakah sudutnya terbuka atau tertutup.
Untuk menilai kerusakan saraf penglihatan anda, Maka dokter akan memeriksa saraf tersebut dengan terlebih dahulu dan meletakkan obat tetes mata untuk melebarkan pupil anda.
Setelah meneteskan cairan, penderita akan merasa silau atau agak kabur karena pupilnya terbuka lebar. Namun Anda tidak perlu khawatir, karena efek ini hanya bersifat sementara.
Gejala Glaukoma
Gejala glaukoma meliputi:
- Penglihatan kabur.
- Nyeri hebat tiba-tiba di mata dan kepala.
- Mual dan muntah.
- Lihat pelangi di sekitar objek.
- Tekanan bola mata meningkat.
- Mata merah.
- Kornea keruh atau keruh.
Pada gejala glaukoma kronis, penglihatan pasien akan memburuk. Padahal, jika hal ini sudah berlangsung cukup lama, penderita akan mengeluh kehilangan penglihatan pada salah satu mata, sedangkan mata yang lain masih bisa melihat.
Penyebab Glaukoma
Penyebab glaukoma adalah bilik mata tertutup oleh sesuatu, sehingga aliran cairan mata tidak mengalir dengan lancar atau menumpuk di dalam bola mata.
Ujung-ujungnya, hal ini akan menyebabkan glaukoma atau peningkatan tekanan pada bola mata. Sedangkan sudut antara kornea dan iris tetap terbuka.
Pengobatan Glaukoma
Perawatan glaukoma bervariasi tergantung pada jenisnya.
Glaukoma Akut
Terapi glaukoma akut bisa dalam bentuk obat tetes mata, obat suntik dan oral, atau pembedahan. Obat glaukoma dapat disuntikkan dan diminum, termasuk acetazolamide, gliserol, isosorbide, dan manitol. Selain itu, obat penghilang rasa sakit dan anti muntah dapat ditambahkan untuk mengurangi gejala.
Jika sudut bilik tertutup lebih dari 50%, pembedahan harus dilakukan. Milsanya: iridektomi perifer (untuk meningkatkan aliran cairan pada mata) atau trabekulotomi (untuk mengurangi tekanan pada mata anda).
Untuk pertolongan pertama pada glaukoma akut, kompres mata dan kepala dengan air dingin atau minum obat penghilang rasa sakit.
Glaukoma Kronis
Terapi glaukoma kronis terdiri dari pengobatan dan pembedahan. Terapi obat ditujukan untuk kasus yang masih ringan atau sedang.
Awalnya pasien akan diberikan beta-blocker untuk obat glaukoma, seperti:
- Timolol
- Betaxolol
- Levobunolol
- Carteolol
- Dan metipranolol
Atau bahkan obat glaukoma golongan simpatomimetik, seperti adrenalin dan depriverin. Untuk mencegah efek samping, obat diberikan dengan dosis paling rendah dan frekuensi pemberian tidak boleh terlalu sering.
Jika pengobatan glaukoma belum juga efektif, Maka dapat dilakukan dengan meningkatkan konsentrasi obat, Dan mengganti jenis obat, atau bahkan menambah obat lain. Jika tekanan mata sudah tidak bisa lagi dikontrol dengan obat-obatan, maka operasi bisa menjadi solusinya.
Pencegahan Glaukoma
Tidak ada pencegahan untuk glaukoma karena tidak dapat dicegah dengan sendirinya. Namun deteksi dini dapat dilakukan untuk mengetahui keberadaannya agar dapat segera ditangani.