Mengenal Bagian Sistem Saraf Manusia Dan Fungsinya

  • Rendi Sihombing
  • Jul 14, 2022

Sistem saraf merupakan sistem kompleks yang berperan dalam mengatur dan mengkoordinasikan seluruh aktivitas tubuh. Anda dapat Mengenal Bagian Sistem Saraf Manusia karena dengan Sistem ini memungkinkan Anda untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti berjalan, berbicara, menelan, bernapas, serta semua aktivitas mental, termasuk berpikir, belajar, dan mengingat. Ini juga membantu Anda mengontrol bagaimana tubuh Anda bereaksi dalam keadaan darurat.

Sistem saraf pada manusia terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, organ sensorik (mata, telinga, dan organ lainnya), dan semua saraf yang menghubungkan organ – organ ini ke seluruh tubuh. Sistem ini bekerja dengan mengambil informasi melalui bagian atau indera tubuh tertentu, memproses informasi tersebut, dan memicu reaksi, seperti membuat otot Anda bergerak, merasakan sakit, atau bernapas.

Dalam menjalankan kerjanya, sistem saraf dibagi menjadi dua struktur, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan saraf tepi terdiri dari saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat ke seluruh tubuh Anda. untuk Mengenal Bagian Sistem Saraf Manusia Saraf perifer dibagi menjadi dua struktur utama, yaitu saraf somatik dan saraf otonom.

Anatomi Dan Bagian Dari Sistem Saraf

Anatomi Dan Bagian Dari Sistem Saraf

Secara garis besar, ada tiga bagian sistem saraf pusat manusia. Ketiga bagian tersebut adalah:

1. Otak

Otak adalah mesin pengendali utama dari semua fungsi tubuh. Seperti yang disebutkan di atas, organ ini adalah bagian dari sistem saraf pusat manusia. Jika sistem saraf pusat adalah pusat kendali tubuh, maka otak adalah markasnya.

Otak terbagi menjadi beberapa bagian dengan fungsinya masing – masing. Secara umum, otak terdiri dari serebrum, batang otak, dan bagian otak lainnya. Bagian – bagian ini dilindungi oleh tengkorak dan selaput otak (meninges) dan dikelilingi oleh cairan serebrospinal untuk mencegah cedera otak.

2. Sumsum Tulang

Seperti otak, sumsum tulang belakang juga merupakan bagian dari sistem saraf pusat. Sumsum tulang belakang terhubung langsung ke otak melalui batang otak dan kemudian mengalir di sepanjang tulang belakang.

Sumsum tulang belakang berperan dalam aktivitas sehari – hari dengan mengirimkan sinyal dari otak ke bagian tubuh yang lain dan memerintahkan otot untuk bergerak. Selain itu, sumsum tulang belakang juga menerima input sensorik dari tubuh, memprosesnya, dan mengirimkan informasi tersebut ke otak.

3. Sel Saraf Atau Neuron

Bagian yang tidak kalah penting dari anatomi sistem saraf adalah sel saraf itu sendiri atau disebut neuron. Fungsi sel saraf atau neuron adalah untuk menghantarkan impuls saraf.

Berdasarkan fungsinya, neuron dibagi menjadi tiga jenis, yaitu neuron sensorik yang membawa pesan ke sistem saraf pusat, neuron motorik yang membawa pesan dari sistem saraf pusat, dan interneuron yang mengirimkan pesan antara neuron sensorik dan motorik di sistem saraf pusat.

Setiap neuron atau sel saraf terdiri dari tiga bagian atau struktur dasar. Anatomi neuron – neuron tersebut, yaitu:

  • Badan sel, yang memiliki nukleus.
  • Dendrit, yang berbentuk seperti cabang dan berfungsi untuk menerima rangsangan dan membawa impuls ke badan sel.
  • Akson adalah bagian dari sel saraf yang membawa impuls dari badan sel. Akson umumnya dikelilingi oleh mielin, yang merupakan lapisan lemak padat yang melindungi saraf dan membantu menyampaikan pesan. Pada saraf tepi, mielin ini diproduksi oleh sel Schwann.

Sel – sel saraf ini dapat ditemukan di seluruh tubuh dan berkomunikasi satu sama lain untuk menghasilkan respons dan tindakan fisik. Menurut National Institutes of Health, diperkirakan ada 100 miliar neuron di otak. Sel saraf ini meliputi 12 pasang saraf kranial, 31 pasang saraf tulang belakang, dan di tempat lain.

Fungsi Sistem Saraf

Fungsi Sistem Saraf

Secara umum, sistem saraf pada manusia memiliki beberapa fungsi. Fungsinya adalah:

  • Mengumpulkan informasi dari dalam dan luar tubuh (fungsi sensorik).
  • Mengirim informasi ke otak dan sumsum tulang belakang.
  • Memproses informasi di otak dan sumsum tulang belakang (fungsi integrasi).
  • Mengirim informasi ke otot, kelenjar, dan organ agar dapat merespon dengan tepat (fungsi motorik).

Setiap struktur sistem saraf, yaitu saraf pusat dan perifer, melakukan fungsi yang berbeda. Berikut penjelasannya.

1. Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang berfungsi menerima informasi atau rangsangan dari seluruh bagian tubuh, kemudian mengendalikan dan mengendalikan informasi tersebut untuk menghasilkan respon tubuh.

Informasi atau rangsangan ini termasuk yang berhubungan dengan gerakan, seperti berbicara atau berjalan, atau gerakan yang tidak disengaja, seperti berkedip dan bernapas. Ini juga mencakup bentuk informasi lain, seperti pikiran, persepsi, dan emosi manusia.

2. Sistem Saraf Perifer

Secara garis besar, fungsi saraf tepi adalah menghubungkan respons sistem saraf pusat ke organ dan bagian tubuh lainnya. Saraf ini terbentang dari susunan saraf pusat ke bagian tubuh yang paling luar sebagai jalur untuk menerima dan mengirim rangsangan ke otak.

Setiap sistem saraf tepi, yaitu somatik dan otonom, memiliki fungsi yang berbeda. Berikut ini adalah penjelasan mengenai fungsi bagian – bagian sistem saraf tepi:

1. Sistem Saraf Somatik

Sistem saraf somatik bekerja dengan mengendalikan semua yang Anda sadari dan secara sadar memengaruhi respons tubuh, seperti menggerakkan lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya. Fungsi saraf ini menyampaikan informasi sensorik dari kulit, organ indera, atau otot ke sistem saraf pusat. Selain itu, saraf somatik juga membawa respon keluar dari otak untuk menghasilkan respon berupa gerakan.

Baca juga : Mengenal Sistem Otot Yang Ada Pada Manusia

Misalnya, ketika menyentuh termos panas, saraf sensorik membawa informasi ke otak bahwa ini adalah sensasi panas. Setelah itu, saraf motorik membawa informasi dari otak ke tangan untuk segera melarikan diri dengan menggerakkan, melepaskan, atau menarik tangan dari termos panas. Seluruh proses terjadi dalam waktu sekitar satu detik.

2, Sistem Saraf Otonom

Sebaliknya, sistem saraf otonom mengontrol aktivitas yang Anda lakukan secara tidak sadar atau tanpa memikirkannya. Sistem ini terus aktif untuk mengatur berbagai aktivitas, seperti pernapasan, detak jantung, dan proses metabolisme tubuh.

Ada dua bagian saraf ini:

1. Sistem Simpatik

Sistem ini mengatur respon resistensi dari dalam tubuh ketika ada ancaman terhadap Anda. Sistem ini juga mempersiapkan tubuh untuk mengeluarkan energi dan menghadapi potensi ancaman di lingkungan.

Misalnya, ketika Anda cemas atau takut, sistem saraf simpatik memicu respons dengan meningkatkan detak jantung, meningkatkan laju pernapasan, meningkatkan aliran darah ke otot, mengaktifkan kelenjar keringat, dan melebarkan pupil. Hal ini dapat membuat tubuh merespon dengan cepat dalam situasi darurat.

2. Sistem Parasimpatis

Sistem ini digunakan untuk menjaga fungsi tubuh normal setelah sesuatu mengancam Anda. Setelah ancaman berlalu, sistem ini memperlambat detak jantung, memperlambat pernapasan, mengurangi aliran darah ke otot, dan menyempitkan pupil mata. Hal ini memungkinkan kita untuk mengembalikan tubuh ke keadaan normal.

Penyakit Sistem Saraf

Penyakit Sistem Saraf

Berbagai penyakit atau gangguan saraf, Ada beberapa gangguan atau penyakit yang mungkin terjadi hingga mengganggu fungsi vital sistem saraf pada manusia. Berikut adalah macam – macam penyakit syaraf:

1. Alzheimer

Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang menyerang sel – sel otak dan neurotransmiter (bahan kimia yang membawa pesan antar sel otak). Penyakit ini memengaruhi fungsi otak, memengaruhi ingatan, dan cara Anda berperilaku.

2. Parkinson

Penyakit Parkinson adalah gangguan yang terjadi ketika sel – sel saraf tidak menghasilkan cukup dopamin, bahan kimia yang penting untuk kontrol dan gerakan otot polos.

3. Sklerosis Ganda

Multiple sclerosis adalah penyakit kronis yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Kondisi ini ditandai dengan rusaknya selubung pelindung (mielin) yang mengelilingi serabut saraf di otak dan sumsum tulang belakang.

4. Bell’s palsy

Bell’s palsy adalah suatu kondisi kelemahan atau kelumpuhan mendadak pada satu sisi wajah. Ini disebabkan oleh saraf yang meradang di wajah Anda. Biasanya kondisi ini hanya bersifat sementara dan bisa sembuh dalam jangka waktu tertentu.

5. Epilepsi

Epilepsi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kejang berulang. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya gangguan pada aktivitas listrik di otak.

6. Meningitis

Meningitis adalah penyakit menular pada saraf yang menyebabkan selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang (meninges) menjadi meradang. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri.

7. Radang Otak

Ensefalitis adalah penyakit menular yang ditandai dengan peradangan pada jaringan otak. Sama seperti meningitis, penyakit ini juga disebabkan oleh infeksi virus.

8. Tumor Oak

Tumor otak adalah gumpalan sel abnormal yang tumbuh di otak. Gumpalan ini bisa jinak, tetapi bisa juga ganas atau kanker otak. Kondisi ini dapat merusak otak Anda dan membuatnya tidak dapat menjalankan fungsi normalnya.

9. Cedera Otak Dan Sumsum Tulang Belakang

Cedera otak adalah cedera terkait otak yang memengaruhi seseorang secara fisik, emosional, dan perilaku. Ada dua bentuk cedera yang mungkin terjadi, yaitu cedera traumatis dan non traumatis. Stroke merupakan salah satu bentuk cedera non traumatik yang mungkin terjadi.

Mirip dengan cedera otak, cedera tulang belakang adalah kerusakan pada sumsum tulang belakang yang menyebabkan hilangnya fungsi tubuh, perasaan, dan mobilitas. Cedera ini paling sering disebabkan oleh trauma.

Tanda Atau Gejala Neurologis

Kerusakan saraf akibat gangguan atau penyakit tertentu menyebabkan bekas luka atau lesi pada sistem saraf Anda. Ini berarti bahwa neuron Anda tidak lagi dapat mengirim sinyal ke seluruh tubuh Anda dengan benar. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai gejala atau ciri – ciri, yaitu:

  • Sakit kepala.
  • Penglihatan kabur.
  • Kelelahan.
  • Mati rasa atau kesemutan.
  • Bagian tubuh tertentu bergetar.
  • Hilang ingatan.
  • Kehilangan koordinasi tubuh.
  • Hilangnya kekuatan atau kelemahan otot (atrofi otot).
  • Masalah emosional.
  • Perubahan perilaku.
  • Kejang.
  • Pelat.

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *