Kelainan pada sistem gerak adalah penyakit yang timbul akibat gangguan saraf dan dapat berdampak pada gerak tubuh. Misalnya, gerakan anggota tubuh yang menjadi tidak terkendali atau bahkan sulit untuk digerakkan. Gangguan penyakit pada sistem gerak yang disebabkan oleh infeksi kuman ini juga memiliki banyak jenis dan bisa dialami oleh siapa saja.
Penyakit pada sistem gerak yang disebabkan oleh infeksi kuman antara lain: tetanus, kejang otot yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani arthritis septic adalah radang sendi yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur layuh semu, yaitu tulang tidak bertenaga akibat adanya infeksi.
Penyebab Kelainan Pada Sistem Gerakan
Jenis kelainan pada berbagai sistem gerak membuat penyebab kondisi tersebut juga beragam. Secara umum ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya gangguan pada sistem gerak manusia, yaitu:
- Faktor genetik atau keturunan
- Infeksi, termasuk yang disebabkan oleh bakteri dan virus
- Efek samping dari penggunaan obat – obatan tertentu
- Kerusakan pada otak, tulang belakang, dan sistem saraf tepi
- Gangguan metabolisme, seperti diabetes
- Stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya
Karena penyebabnya berbeda – beda, maka pengobatan untuk mengatasi kelainan pada sistem gerak juga akan berbeda, tergantung jenisnya.
Jenis – Jenis Gangguan Pada Sistem Gerak
Gangguan pada sistem gerak cukup banyak. Berikut adalah beberapa jenis yang paling umum:
1. Tremor
Yang dimaksud dengan tremor adalah gerakan yang berulang – ulang atau kondisi gemetar yang tidak terkontrol. Tremor biasanya terjadi pada satu atau kedua tangan dan gemetar dapat bertambah parah ketika penderita mencoba menggerakkan lengannya.
Gangguan pada sistem gerak ini disebabkan oleh kelainan pada bagian otak yang mengontrol gerakan, dan umumnya tidak berhubungan dengan penyakit tertentu. Sekitar 50 persen orang dengan tremor memiliki anggota keluarga dengan masalah medis yang sama.
Meski sebagian besar kondisi tremor tidak menyebabkan komplikasi serius, gangguan medis ini dapat mengganggu aktivitas sehari – hari dan menyebabkan stres pada penderitanya.
2. Miastenia Gravis
Miastenia gravis adalah suatu kondisi cepat lelah dan lemahnya otot – otot, termasuk otot – otot gerak volunter. Gangguan pada sistem gerak ini terjadi karena adanya masalah dalam komunikasi antara saraf dan otot.
Gejala miastenia gravis biasanya muncul saat penderita menggunakan otot yang terkena. Keluhan kemudian hilang dengan sendirinya setelah otot diistirahatkan. Meski begitu, keluhan miastenia gravis akan cenderung memburuk dalam beberapa tahun.
3. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson juga merupakan jenis gangguan gerakan. Penyakit ini terjadi ketika sel saraf di otak tidak menghasilkan cukup senyawa dopamin.
Gejala penyakit ini umumnya muncul pada orang berusia 60 tahun ke atas. Namun keluhan juga bisa dialami pada usia di bawah itu.
Gejala penyakit parkinson akan terjadi secara bertahap pada salah satu sisi tubuh, kemudian menyerang kedua sisi tubuh. Keluhan awal meliputi gemetar tangan, kaki dan rahang, kekakuan pada tangan, kaki dan badan, gerakan lambat dan keseimbangan terganggu.
4. Ataksia
Ataksia merupakan gangguan sistem gerak degeneratif yang artinya memicu penurunan fungsi. Penyebab kondisi ini adalah masalah pada otak, batang otak, atau sumsum tulang belakang.
Penderita ataksia akan mengalami gerakan yang terkesan kikuk dan tidak stabil, tubuh tidak seimbang, mengalami gemetar, atau ada anggota tubuh yang kurang terkoordinasi saat melakukan gerakan sadar.
Akibatnya, penderita ataksia berisiko sering jatuh. Kemampuan berbicara dan menggerakkan mata penderita juga bisa terganggu.
5. Dystonia
Dystonia adalah gangguan neurologis pada otot. Gejalanya termasuk kejang pada otot. Gangguan pada sistem gerak yang satu ini bisa timbul karena fungsi abnormal pada ganglia basalis, yaitu suatu area di bagian dalam otak yang bertugas untuk mengatur koordinasi dan kelancaran gerakan, serta mencegah gerakan – gerakan yang tidak disengaja.
Penderita distonia biasanya mengalami gerakan tubuh tertentu yang berulang – ulang tanpa terkendali, serta posisi dan postur tubuh yang tidak normal. Penyakit ini bisa menyerang bagian tubuh manapun, seperti lengan, kaki, badan, kelopak mata, bahkan pita suara.
Tergantung pada bagian tubuh yang terkena, distonia dapat menyebabkan kecacatan pada penderitanya.
6. Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau penyakit Lou Gehrig biasanya terjadi pada orang berusia antara 40 dan 70 tahun. Penyakit ini merupakan kondisi degenerasi saraf progresif.
Proses degenerasi progresif ini menyebabkan sel – sel neuron di otak dan sumsum tulang belakang akhirnya mati.
Tanpa sel neuron, otak dan saraf tidak dapat mengirimkan perintah gerak dan kontrol ke otot. Kondisi ini akan menyebabkan penderita ALS kehilangan kemampuan untuk bergerak, berbicara, makan, menelan, dan bernafas.
7. Ankylosing Spondylitis
Pada orang dengan ankylosing spondylitis, beberapa bagian tulang belakang bagian bawah menjadi meradang, menyebabkan kerusakan atau pertumbuhan tulang baru. Dalam beberapa kasus, kondisi peradangan ini menyebabkan tulang belakang menyatu dan kehilangan fleksibilitasnya.
Gejala ankylosing spondylitis umumnya meliputi nyeri dan kekakuan pada punggung, nyeri dan pembengkakan pada sendi dan tendon yang menempel pada tulang, serta kelelahan yang parah. Keluhan ini muncul secara bertahap dan seringkali hilang dan timbul dengan sendirinya.
Pada beberapa pasien, gejala ankylosing spondylitis dapat mereda. Namun pada beberapa penderita lain, keluhan justru bisa bertambah parah.
Pengobatan Gangguan Sistem Gerak
Pengobatan gangguan sistem gerak tentunya bervariasi dan tergantung dari jenis penyakit yang Anda alami. Butuh bantuan dan konsultasi medis dengan dokter untuk mengetahui penyakit yang melatarbelakangi keluhan yang menyerang Anda.
Sayangnya, sebagian besar masalah medis ini tidak dapat disembuhkan dan akan menemani penderitanya seumur hidup. Oleh karena itu, pengobatan medis umumnya ditujukan untuk meredakan dan mengendalikan gejala.
Kelainan dan gangguan sistem gerak pada tubuh manusia penting untuk diketahui. Beberapa kelainan dan gangguan pada sistem ini dapat dilihat pada penjelasan berikut:
1.Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif. International Osteoporosis Foundation (IOF) menyampaikan fakta bahwa 1 dari 4 wanita di Indonesia dengan rentang usia 50-80 tahun memiliki risiko terkena osteoporosis. Risiko osteoporosis di Indonesia 4 kali lebih besar pada wanita dibandingkan pria. Penyakit ini dialami oleh sebagian besar wanita pascamenopause.
Osteoporosis tidak menunjukkan tanda – tanda fisik yang jelas, hingga gejala yang dirasakan akibat pengeroposan tulang di usia tua. Hilangnya hormon estrogen setelah menopause juga meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Osteoporosis tidak hanya menyerang orang tua. Osteoporosis juga dapat ditemukan di kalangan anak muda.
Penyebab osteoporosis adalah primer & sekunder.
Penyebab primer atau idiopatik, terjadinya osteoporosis ditandai dengan usia, termasuk osteoporosis pascamenopause yang terjadi pada manusia usia menopause. Selama menopause terjadi penurunan kadar estrogen yang berfungsi untuk merangsang osteoblas baru. Osteoporosis remaja di usia muda.
Penyebab sekunder karena penyakit atau kelainan lain. Osteoporosis dapat terjadi pada penderita diabetes, disuse atrophy, rheumatoid arthritis, penggunaan obat kortikosteroid.
2.Rakitis
Penyakit kekurangan vitamin D pada masa pertumbuhan tulang di usia muda. Proses yang terjadi pada tulang adalah kekurangan kadar kalsium yang menyusun struktur tulang.
Ada 3 (tiga) penyebab utama penyakit rakhitis, yaitu: kurangnya asupan vitamin D atau terbatasnya paparan sinar matahari; kelainan pada penyerapan kalsium atau vitamin D; adanya penyakit ginjal, yang menghambat penyerapan vitamin D.
Rakhitis juga dapat disertai dengan deformitas membungkuk dan fraktur greenstick.
3. Arthritis Akut
Kondisi sendi yang terinfeksi dan supuratif. Infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus, stafilokokus dan gonokokal.
Tanda dan gejala:
Sendi terasa nyeri dan sulit digerakkan (kekakuan sendi), kaku (nyeri tekan) dan peningkatan suhu di sekitar area yang nyeri.
4. Arthritis Reumatoid
Rheumatoid arthritis adalah penyakit imunopatologis, menyebabkan peradangan kronis kolagen di daerah sendi. Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria.
Tanda dan gejala:
- Terasa kaku dan nyeri setelah tidak digerakkan, misalnya terasa setelah bangun tidur.
- Adanya kelainan bentuk pada tulang dan persendian, antara lain: hilangnya lapisan tulang rawan sendi, erosi tulang, subluksasi tulang pada daerah persendian, pembengkakan pada daerah radang.
- Pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar serum rheumatoid antibodi (RA), pada 75-80% pasien kadarnya tinggi.
Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Pemberian kortikosteroid akan membantu mengurangi peradangan.
5. Asam Urat
Asam urat adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya deposit asam urat dalam serum darah. Kehadiran komponen ini menyebabkan rasa sakit di area sendi. Daerah yang terkena biasanya sendi metatarsophalangeal ibu jari.
Asam urat disebabkan karena penyebab primer atau sekunder. Penyebab utamanya terkait dengan faktor usia. Penyebab sekunder termasuk adanya leukemia, terapi obat seperti penggunaan diuretik.
Adanya konsentrasi asam urat yang berlebihan dalam darah akan menyebabkan tofi pada lapisan tulang rawan dan membran sinovial
Baca juga : Sebutkan Cara Yang Kamu Lakukan Untuk Menjaga Kesehatan Tulang
Tanda dan gejala:
- Nyeri pada daerah sendi yang terkena, panas, nyeri tekan, kemerahan dan sianosis, hingga mengalami proses eksudatif dan mengeluarkan nanah.
- Adanya timbunan asam urat di jari, tangan, lutut, sisi ulnaris lengan bawah dan tendon Achilles.
- Pada stadium lanjut, muncul deformitas tulang dan menyebabkan kecacatan.
- Tes darah antibodi reumatoid (RA) akan membedakan gout dari rheumatoid arthritis.
- Menurunkan kadar asam urat darah
- Istirahat
- Obat analgetik untuk mengatasi nyeri
- Pemberian cholchisine (jenis alkaloid) untuk pencegahan dengan cara disuntikkan ke persendian atau allupurinol
5. Tuberkulosis Tulang
Infeksi tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini dapat menginfeksi jaringan dan organ di luar paru – paru, seperti kelenjar, tulang, dan selaput otak (meninges).
Kuman TBC menginfeksi tulang belakang dan memakan serta merusak tulang belakang hingga keropos dan menghasilkan nanah yang mengisi kompartemen tulang sehingga menekan ke jaringan sekitarnya.
Tanda dan gejala:
- Nyeri di area tulang yang terkena yang tidak hilang
- Ada patah tulang di tulang belakang
- Jika ada tekanan pada saraf maka ada keluhan mati rasa dan kelemahan pada area saraf yang terkena infeksi.
Tanda – tanda lain yang sesuai dengan tuberkulosis pada umumnya: demam, keringat malam, penurunan berat badan, dan nafsu makan berkurang
Setelah TBC tulang belakang akan terjadi deformitas tulang membentuk gibbus. Bentuknya seperti tonjolan tulang yang terlihat menonjol dan teraba di area tulang belakang.
6. Skoliosis
Kondisi tulang belakang yang bergeser ke samping, umumnya tulang berotasi (deformitas putar).
Skoliosis menyebabkan kelengkungan pada vertebra toraks, lumbal dan torakolumbalis. Jika kelengkungan ini cukup ekstrim, maka akan memberikan tekanan pada sumsum tulang belakang, menyebabkan gangguan saraf menjadi paraparesis dan paraplegia.
7. Kifosis
Kifosis ditandai dengan peningkatan kelengkungan rongga dada ke arah anterior, atau dikenal sebagai deformitas roundback. Ini mungkin disebabkan oleh tuberkulosis vertebral, poliomielitis, spondylisis, kelainan kongenital atau riwayat trauma.
8. Fraktur
Faktur dibagi menjadi fraktur terbuka, tertutup, lengkap, tidak lengkap, dan terkomunikasikan.
- Fraktur terbuka membuat fraktur tulang menonjol ke permukaan kulit, dan terkena udara luar. Risiko infeksi sekunder.
- Faktur tertutup tidak terlihat, patah tulang dilindungi di otot dan kulit tetap utuh.
- Fraktur tidak lengkap seperti fraktur greenstick dan biasanya terjadi pada anak-anak.
- Fraktur komplit meliputi fraktur seluruh bagian tulang sehingga terpisah satu sama lain. Biasanya akibat trauma yang cukup kuat.
- Fraktur komunikan adalah fraktur di mana fraktur pecah menjadi lebih dari dua bagian, seringkali dalam bentuk beberapa fragmen kecil. Disebabkan oleh kecelakaan mobil atau luka tembak.
- Fraktur akan dikoreksi, dan dapat dilakukan pembedahan.
Beberapa pertimbangan untuk melakukan pembedahan untuk memperbaiki dan memperbaiki tulang yang retak adalah:
- Jenis dan posisi fraktur (tingkat keparahan fraktur, adanya dislokasi)
- kualitas tulang (apakah ada atrofi, osteoporosis, riwayat trauma sebelumnya, adanya dislokasi)
- Stabilitas tulang
- Fiksasi tulang dapat dilakukan dengan fiksasi internal atau eksternal.
Kelainan dan gangguan sistem gerak pada tubuh manusia penting untuk diperhatikan agar mobilitasnya tetap baik.