Gangguan Pencernaan Makanan Yang Umum Terjadi

  • Rendi Sihombing
  • Des 10, 2022
Gangguan Pencernaan Makanan Yang Umum Terjadi

Hampir semua orang juga pernah mengalami diare, Maka apakah Anda salah satunya? Tak hanya diare, ada berbagai gangguan pencernaan makanan yang juga kerap ditemui. Masing – masing gangguan ini disebabkan oleh faktor yang berbeda.

Sistem pencernaan merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki peran sangat penting. Jika organ pencernaan mengalami masalah, tentu hal ini dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk mewaspadai berbagai gangguan pencernaan makanan dan penyebabnya yang paling benar yaitu sebagai berikut.

Gangguan pencernaan

Sistem pencernaan manusia berperan penting dalam memecah makanan menjadi nutrisi yang diserap tubuh untuk menghasilkan energi, pertumbuhan, dan perbaikan sel. Selain itu, sistem pencernaan juga berfungsi untuk memilah dan membuang sisa makanan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh.

Gangguan pencernaan adalah gangguan pada saluran pencernaan atau dikenal juga dengan saluran cerna. Saluran ini termasuk kerongkongan, hati, lambung, usus kecil, usus besar, kantong empedu, dan pankreas. Beberapa jenis gangguan pencernaan bisa berumur pendek dan sembuh dengan perawatan di rumah, sementara kondisi lainnya bisa bertahan lama dan mungkin memerlukan bantuan dokter. Macam – macam gangguan pencernaan yang umum terjadi adalah sebagai berikut:

1. GERD

GERD

GERD atau gastroesophageal reflux disease adalah salah satu jenis gangguan pencernaan yang terjadi ketika penyakit asam lambung naik hingga ke kerongkongan. Hal ini disebabkan oleh melemahnya katup atau sfingter di bagian bawah kerongkongan. Normalnya, katup ini akan menutup setelah makanan masuk ke dalam lambung. Namun, pada penderita GERD, katup tidak bisa menutup sempurna sehingga menyebabkan asam lambung naik ke kerongkongan.

GERD dapat menyebabkan penderitanya mengalami rasa panas di dada, nyeri dada, sulit menelan, mual, muntah, dan batuk. Diagnosis GERD dapat dilakukan melalui esofagogastroduodenoskopi. Kemudian, untuk mengatasinya Anda juga perlu mengubah gaya hidup dan pola makan, antara lain:

  • Makan porsi makanan yang lebih kecil
  • Jangan langsung berbaring setelah makan
  • Hindari makanan pedas, berlemak, asam dan berkafein
  • Mengangkat kepala saat tidur
  • Bicaralah dengan dokter Anda tentang penggunaan antasida atau obat penghambat asam.

2. Ulkus Lambung

Tukak lambung merupakan luka yang terjadi pada dinding lambung. Gangguan pencernaan jenis ini disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori atau efek samping dari penggunaan obat pereda nyeri dalam jangka panjang.

Tanda – tanda umum tukak lambung termasuk kembung, mual dan muntah, tinja berwarna gelap, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, dan kehilangan nafsu makan. Untuk menegakkan diagnosis tukak lambung lebih lanjut dapat dilakukan esofagogastroduodenoskopi.

3. Batu Empedu

Batu empedu adalah contoh gangguan pencernaan yang terjadi akibat empedu yang mengandung terlalu banyak kolesterol dan sisa metabolisme. Gangguan ini juga bisa terjadi jika pelepasan empedu terhambat. Gejala batu empedu meliputi:

  • Sakit kolik
  • Peradangan kandung kemih dan saluran empedu
  • Penyakit kuning (jaundice)

Faktor risiko batu empedu dapat terjadi pada seseorang dengan kondisi sebagai berikut:

  • Gemuk
  • Lebih dari 40 tahun
  • Wanita
  • Usia subur
  • Tidak mampu memecah dan menyerap makanan berlemak
  • Sering lewat angin

Batu di kantong empedu bisa menyebabkan nyeri hebat di perut kanan atas. Kondisi ini dapat diobati dengan obat – obatan dan pembedahan.

4.IBS

IBS atau Irritable Bowel Syndrome adalah kumpulan ciri gangguan pencernaan, termasuk nyeri perut dan perubahan buang air besar yang terjadi minimal tiga kali per bulan selama tiga bulan berturut – turut. Gejala lainnya adalah kembung, diare, sembelit, dan munculnya lendir pada tinja.

Tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan gejala tersebut. Namun, faktor tertentu seperti infeksi bakteri pada saluran cerna, kondisi kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, stres, dan konsumsi makanan tertentu diduga berkaitan dengan terjadinya IBS. Penanganan IBS dapat dilakukan dengan cara – cara berikut:

  • Menghindari makanan yang memicu gejala
  • Mengurangi stres
  • Makan dalam porsi kecil, konsumsi lebih banyak serat
  • Berolahraga secara teratur dan istirahat yang cukup

5. IBD

Inflammatory Bowel Disease atau IBD adalah suatu kondisi peradangan yang berlangsung lama di saluran pencernaan. Dua jenis IBD yang paling umum adalah penyakit Crohn dan kolitis ulserativa. Jenis gangguan pencernaan berikut dapat menyebabkan iritasi dan pembengkakan, diare, sakit perut, kehilangan nafsu makan, demam, dan penurunan berat badan.

Penyebab IBD sendiri belum diketahui secara pasti. Namun, respons sistem kekebalan yang tidak biasa dianggap sebagai pemicunya. Selain itu, respons virus, bakteri, dan alergi juga dapat memicu peradangan. IBD dapat didiagnosis melalui pemeriksaan laboratorium kolonoskopi & fecal calprotectin dan dapat diobati tergantung penyebabnya. Perawatan khusus seperti obat – obatan diperlukan untuk:

  • Mengurangi peradangan
  • Memblokir respon imun
  • Mengobati atau mencegah infeksi
  • Mengobati diare parah
  • Mengelola nyeri ringan tanpa obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

Dokter Anda mungkin menyarankan agar Anda mengikuti diet rendah serat jika Anda rentan terhadap diare, atau menghindari produk susu jika Anda tidak toleran terhadap laktosa. Namun, terkadang pembedahan juga diperlukan untuk mengatasi komplikasi seperti obstruksi usus atau abses.

6. Sembelit

Sembelit atau konstipasi adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan atau jarang buang air besar. Jika Anda buang air besar kurang dari tiga kali seminggu, Anda mungkin mengalami konstipasi. Gejala utamanya adalah tekstur feses yang keras. Selain itu, ciri – ciri gangguan pencernaan ini antara lain:

  • Mengejan saat buang air besar
  • Terasa seperti ada sumbatan pada dubur sehingga feses sulit dikeluarkan
  • Merasa tidak lengkap setelah buang air besar
  • Membutuhkan bantuan untuk buang air besar, misalnya menggunakan jari atau menekan perut

Sembelit bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari kurangnya konsumsi makanan berserat, kurang minum air putih, hingga pengaruh obat – obatan seperti antasida atau obat antiradang non steroid. Selain itu, penyebabnya juga bisa dari intraluminal seperti feses yang keras atau tumor.

Sedangkan penyebab ekstralumen bisa karena tekanan pada lumen usus oleh massa organ lain. Meningkatkan asupan serat, cairan dan olahraga akan membantu mengatasi kondisi ini. Anda juga dapat untuk mengonsumsi obat pencahar atau pelunak feses sebagai solusi untuk sementara.

7. Diare

Jenis gangguan pencernaan selanjutnya adalah diare. Seseorang dikatakan menderita diare jika mengalami peningkatan frekuensi BAB lebih dari tiga kali sehari disertai dengan tekstur feses yang lebih cair. Ada berbagai penyebab gangguan pencernaan, seperti rotavirus atau infeksi bakteri, efek samping obat, dan perubahan pola makan. Selain peningkatan frekuensi BAB, beberapa gejala diare lainnya antara lain kram perut, demam, mual, kembung, dan darah pada tinja.

Siapapun bisa mengalami diare, baik anak – anak maupun orang dewasa. Sebenarnya gangguan pencernaan jenis ini sangat mudah untuk diobati, namun pada kasus diare berat yang tidak segera ditangani bisa berakibat fatal terutama pada anak – anak. Penderita diare membutuhkan obat – obatan yang berguna untuk menggantikan cairan dan elektrolit tubuh yang hilang.

8. Penyakit Divertikular

Penyakit ini termasuk divertikulosis atau pembentukan kantong kecil di dinding usus besar dan divertikulitis atau saat kantong meradang. Anda mungkin merasa kembung, diare, atau nyeri di perut bagian bawah.

Penyebab gangguan pencernaan ini masih belum diketahui secara pasti, namun diduga berkaitan dengan gen. Faktor lain termasuk kurangnya aktivitas fisik, penggunaan NSAID dan steroid, dan memiliki kondisi yang melibatkan sistem kekebalan tubuh.

9. Ambeien Atau Wasir

Ambeien atau wasir merupakan salah satu dari berbagai gangguan pencernaan yang lebih sering dialami oleh orang yang berusia di atas 50 tahun. Ini adalah contoh gangguan pencernaan yang terasa perih karena pembuluh darah di lubang anus mengalami pembengkakan.

Baca juga : Sistem Pencernaan Manusia Dan Cara Kerjanya

Wasir dapat menimbulkan gejala seperti nyeri dan gatal pada anus serta mengeluarkan darah saat buang air besar, bahkan terkadang dapat membuat penderitanya sulit duduk. Penyebab utama wasir adalah sembelit kronis dan kehamilan. Mengejan saat buang air besar, duduk di toilet dalam waktu lama, dan diare kronis adalah kemungkinan penyebab lainnya.

Cara mengatasi wasir untuk derajat awal bisa dengan perubahan gaya hidup seperti banyak mengkonsumsi cairan dan makanan berserat serta obat – obatan. Namun, jika sudah memasuki stadium lanjut, diperlukan tindakan pembedahan.

Itulah macam – macam gangguan pencernaan yang perlu Anda waspadai. Jika Anda mengalami gejala – gejala yang disebutkan di atas, jangan ragu untuk segera berkonsultasi ke dokter. Sebagai pencegahan, Anda juga dapat melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini gangguan kesehatan pada tubuh.

Makanan Apa Saja Yang Menyebabkan Gangguan Pencernaan?

Tahukah Anda, kesehatan tubuh secara keseluruhan juga didukung oleh sistem pencernaan yang sehat. Jika kesehatan pencernaan selalu terjaga, nutrisi dan gizi dari makanan yang kita makan dapat terserap dengan baik.

Cara paling efektif untuk meningkatkan kesehatan pencernaan tentunya adalah dengan menjaga pola makan. Selain memperbanyak makanan kaya prebiotik, disarankan juga untuk menghindari jenis makanan tertentu.

Pasalnya, ada sejumlah makanan yang bisa menyebabkan peradangan pada sistem pencernaan sehingga menimbulkan gangguan kesehatan. Makanan apa yang harus dihindari? Berikut ulasan lengkapnya:

Makanan Apa Saja Yang Menyebabkan Gangguan Pencernaan

1. Pemanis Buatan

Pemanis buatan memang memiliki kalori lebih rendah dari gula asli, namun dapat mengganggu pencernaan dan meningkatkan peradangan pada tubuh. Secara umum, pemanis yang dicerna sebagian memiliki dampak terbesar pada sistem pencernaan dan dapat menyebabkan kembung, gas, dan diare.

Untuk mengatasinya, cobalah beralih ke pemanis alami. Gula alami ini mungkin tidak bebas kalori, namun karena rasanya yang lebih manis, kita cenderung memakannya dalam jumlah sedikit. Dengan begitu, asupan karbohidrat dan kalori juga berkurang.

2. Gorengan

Banyak restoran menggunakan minyak sayur olahan untuk menggoreng makanan berulang kali; membuat tubuh sulit mencernanya. Selain itu, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam World Journal of Gastroenterology juga mengungkap bahwa diet tinggi lemak dapat mengubah komposisi mikrobioma usus.

Hal ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan, dan penyakit yang menyerang beberapa organ dan jaringan tubuh.

3. Makanan Olahan

Makanan Olahan

Tidak hanya meningkatkan risiko diabetes tipe-2, penyakit jantung, dan berat badan, karbohidrat olahan; seperti roti, soda, dan keripik kentang juga dapat mengiritasi sistem pencernaan. Makanan tersebut akan bergerak cepat melalui usus sehingga menimbulkan rasa kembung, nyeri, dan gangguan pencernaan lainnya.

Jika sulit untuk memotong asupan karbohidrat olahan dari diet harian Anda, cobalah menggabungkannya dengan makanan yang lambat dicerna. Misalnya dada ayam tanpa lemak, alpukat atau selai kacang. Selain itu, perhatikan juga pembagian porsinya, agar komposisi karbohidrat olahan tidak mendominasi dan lebih banyak makanan sehat yang kita konsumsi.

4. Makanan Terasa Asam

Makanan yang berasa asam — bahkan buah – buahan sehat — seperti jeruk, lemon, grapefruit, dan tomat, bisa meningkatkan risiko naiknya asam lambung. Hal ini dikarenakan tingkat keasaman pada sederet makanan tersebut cukup tinggi.

Sebaiknya, kurangi konsumsi makanan yang berasa asam. Jika Anda tetap ingin makan buah atau sayur yang rasanya asam, batasi konsumsi Anda sesekali. Jangan mengkonsumsinya saat perut kosong, karena dapat meningkatkan iritasi dan peradangan.

5. Kubis

Sayuran memang kaya akan nutrisi yang baik untuk tubuh, namun sayuran jenis ini bersifat cruciferous; seperti brokoli dan kol (kubis) ternyata bisa berdampak buruk bagi pencernaan.

Sayuran jenis ini mengandung gas dan serat yang tinggi sehingga sulit dicerna tubuh. Oleh karena itu, disarankan untuk memasaknya terlebih dahulu, dan hindari mengonsumsinya mentah – mentah agar tidak mengganggu pencernaan.

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *